Laman

Rabu, 30 Maret 2011

Indra ke enam

Penglihatan, Pendengaran, Penciuman, Pengrasa, dan Peraba
Itulah yang dinamakan Panca Indra
Tidaklah sempurna penglihatanmu
Tidaklah sempurna pendengaranmu
Tidaklah sempurna penciumanmu
Tidaklah sempurna  perasaanmu
Tidaklah sempuna perabamu
Apabila kamu tinggalkan yang satu ini
Hendaklah kamu melihat dengan mata hatimu
Hendaklah kamu mendengar dengan pendengaran hatimu
Hendaklah kamu mencium dengan penciuman mata hatimu
Hendaklah kamu merasa dengan perasaan hatimu
Hendaklah kamu meraba dengan rabaan hatimu
Apakah maksud dari kalimat-kalimat tersebut diatas ?, tiada lain adalah agar diri kita dalam bertindak dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya menggunakan panca indra tapi juga menggunakan mata hati. Kenapa harus menggunakan mata hati  dalam kegiatan keseharian, padahal tanpa menggunakannyapun tidak terjadi  hal-hal yang luar biasa dan juga tidak mengganggu kehidupan  harian kita. Banyak orang yang tidak menggunakannya tapi tetap normal saja bahkan mencapai prestasi yang tinggi.
Tidak bisa bisa dibantah, alasan yang dikemukakan itu memang betul adanya, namun kita hanya ingin menyampaikan bahwa dengan prestasi yang sudah bagus, kalau kita menggunakan mata hati dijamin akan lebih bagus lagi. Dan bagi yang belum mencapai prestasi  apabila menggunakan mata hati akan  bisa juga berprestasi.
 Allah dan Rasulnya selalu menganjurkan kita untuk menjalani kehidupan ini agar seimbang. Seimbang zhahir dan batin, seimbang dunia dan akhirat, seimbang jasmani dan rohani, sehingga terwujudlah tindakan syukur dalam kehidupan sehari-sehari.  Kenapa dikatakan tindakan syukur ?, karena kita memanfaatkan secara maksimal anugerah Allah yang ada pada diri kita baik secara jasmani  (panca indra) maupun rohani (indra ke enam).  Kalau kita memanfaatkan secara maksimal anugerah Allah yang ada pada diri kita baik secara jasmani maupun rohani berarti kita juga melatih atau menggunakan Panca Indra ke enam. Dimanakah letaknya kita menggunakan panca indra ke enam ?.
Cobalah  perhatikan Panca Indra kita yang  terdiri dari mata, telinga, hidung, lidah dan kulit, mempunyai fungsi yang sangat besar sekali bagi tubuh kita. Pernahkah berpikir panca indra ini mempunyai fungsi yang luar biasa ini sumbernya darimana ?.  Menurut saya panca indra ini dapat berfungsi karena hati, didalam hati ada yang dinamakan rasa, kemudian rasa  melalui hati  mengirim pengetahuan yang didapat oleh indra. Sehingga berfungsilah indra kita. Jadi yang menguasai Panca Indra kita itu adalah rasa yang ada di dalam hati.  Bisa juga dikatakan alat-alat yang ada di tubuh kita berfungsi karena rasa, kita lihat saja, walaupun panca indra yang kita miliki kadang-kadang tidak lengkap tetapi seperti  tetap berfungsi.  Contohnya bisa kita lihat pada orang buta, walaupun  indra penglihatannya tidak berfungsi tapi fungsi penglihatan itu dapat dimbil  oleh yang namanya  rasa, rasa melihat, rasa mendengar, mencium, rasa halus atau kasar, dan rasa pahit dan manis. Apabila kita menggunakan panca indra tapi masih belum menghubungkannya dengan hati kita yang di dalamnya ada rasa berarti kita belum melatih atau menggunakan indra ke enam.  Untuk lebih mudah memahaminya dan melatih serta menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari maka biasakan dalam bertindak atau melakukan apapun juga  maka  pandanglah hati kamu dan rasakan, saya mendengar karena mata hati saya yang mendengar, saya melihat karena mata hati saya yang melihat, saya mencium bau-bauan karena mata hati saya yang mencium, saya merasakan sesuatu melalu lidah saya karena mata hati saya yang merasakannya, saya meraba sesuatu dan bisa merasakannya karena mata hati saya (memandang fungsi panca indra melalui rasa).

Ternyata setelah kita rasakan melalu panca indra tadi, rasa mempunyai fungsi yang lebih luas dan banyak lagi. Dengan rasa kita bisa merasakan ketegangan , kedamaian, ketenangan, kenikmatan, kekhusyu’an,  kegembiraan, kesedihan,  syukur, sabar, marah, sayang dan lain sebagainya.

 Apabila kita sudah berada pada dunia rasa, maka otomatis kita sudah melatih, memakai atau menggunakan indra ke enam kita. Ketajamannya sangat tergantung pada latihan, bimbingan, atau bakat yang kita miliki.

Dengn terbiasa  menggunakan rasa , maka kita akan mudah untuk berhubungan dengan Allah. Karena rasa itu adalah bagian dari jiwa atau sama dengan jiwa, sementara yang dekat  dan kenal dengan Allah adalah jiwa, apalagi kalau jiwa itu sudah mencapai jiwa yang muthmainnah, maka akan mendapat sapaan, panggilan dari Allah. (“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah pada Tuhan Mu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam syurga-Ku”. QS. Al Fajr. 27-30).

Panca indra ke enam ternyata mempunyai fungsi yang sangat bermanfaat sekali bagi kita, bisa untuk kepentingan dunia dan untuk kepentingan ukhrawi,  mau kemana  mengarahkannya. Dan yang sangat mendasar dari tulisan ini adalah dengan menggunakan panca indra ke enam adalah alat yang paling mudah untuk mengenal Allah, namun harus didasari pengetahuan yang sesuai. Kalau kurang paham tanyakan pada ahlinya, jangan dipersulit.

Terima kasih

Nafsu

Untuk membedakan antara nafsu manusia dan hati nurani (kehendak Allah), menurut saya mudah saja yaitu dengan cara menghilangkan keakuan (ego). Sepanjang keakuan kita ada berarti masih ada dua nafsu /kehendak, saya tidak menyebutkan lagi dengan kata nafsu tapi kehendak. yaitu kehendak manusia dan kehendak Allah. Mari kita lihat kenapa Rasulullah menyebutkan diri beliau dengan sebutan abdi atau hamba, hamba adalah orang yang tidak mempunyai apa-apa. Tidak kuasa, tidak berkehendak, tidak berilmu, tidak hidup, tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak bisa berkata-kata. Semuanya kepunyaan Allah, makanya hamba itu adalah pangkat tertinggi bagi manusia karena sudah bisa menghilangkan keakuannya. Dan nantinya orang yang dimintai pertanggung-jawabannya oleh Allah adalah karena keakuan manusia itu sendiri. Maaf walaupun shalat tapi kita mengakui , yang melakukannya , maka tetap akan diminta pertanggung-jawabannya.
kehendak(iradah) kalau dilihat dari syariat/fiqih apabila baik dikatakan berasal dari Allah, sedangkan apabila tidak baik berasal dari kita, karena itu oleh orang-orang sufi kehendak dibagi menjadi 7 tingkatan :
1. Kehendak amarah
2. Kehendak lawwamah
3. Kehendak Muthmainnah
4. Kehendak Mulhimah
5. Kehendak Aradhiyah
6. Kehendak Mardhiyah
7. Kehendak Kamilah
Nomor 1 dan 2 adalah kehendak dari manusia yang tidak baik, sedangkan nomor 3 sampai nomor 7 adalah kehendak yang datang dari Allah. Seorang manusia yang sudah mencapai tingkatan hamba atau abdi berada pada tingkatan ke 7 yaitu kehendak kamilah atau kehendak yang sempurna karena tidak ada pengakuan lagi, sehingga dikatakan pangkat tertinggi bagi seorang manusia. Makanya jangan mengaku sebagai seorang hamba apabila kehendaknya masih nomor 1 dan nomor 2 pada diri kita. 
Kalau kita kaitkan dengan indra ke 6, tingkatan 3 sampai 7 itulah yang dinamakan dengan indra ke 6. SedangkanPanca indra yang lima (mendengar, melihat, mencium, merasa (lidah). dan meraba) atau dalam ilmu tauhid/sifat 20 dinamakan qudrah, iradah, ilmu, hayat, sama’, bashar, dan kalam adalah rasa yang kasar. Sedangkan indra ke 6 adalah rasa yang halus atau lembut yang dalam sifat 20 (tauhid) dinamakan qadirun, muridun, a’limun, hayyun, sami’un, bashirun,muttakalimun karena semua berhubungan dengan kehendak Allah.
Ada ungkapan yang berbunyi “Allah punya kuasa, Iblis punya kepandaian/bisa, manusia punya rasa”. Alat yang dijadikan Allah untuk manusia agar dapat mengenal Allah adalah rasa. Melalui rasa inilah manusia bisa merasakan adanya Allah dan bisa merasakan bersatu dengan Allah, tapi ingat rasa bersatu ini tidak sama dengan bersatunya antara 2 benda. Rasa bersatu ini juga diberikan Allah kepada tiap manusia tidak sama, sangat bergantung pada anugerah Allah. Rasa inilah yang membawa keyakinan manusia untuk beriman dengan Rukun Iman, Rukun Islam dan Ihsan. Rasa inilah yang menghubungkan antara alam kasar dengan alam yang lembut, antara alam nyata (syahadah) dengan alam ghaib dan antara makhluk (manusia) dengan Allah. Supaya tidak ada pengakuan, Janganlah merasa bisa tapi hendaklah bisa merasakan. Apabila kita merasa pandai/bisa berarti kita mengikuti atau mengakui kepunyaan iblis atau syaithan. Apabila kita merasa kuasa berarti mengakui hak Allah karena mengambil selendang-Nya yang akhirnya menjadikan kita sombong.
Kalau kita hubungkan dengan dalil “awal agama adalah mengenal Allah”, dalil untuk mengenal Allah adalah “barang siapa yang mengenal dirinya maka ia akan kenal dengan Tuhannya, dan siapa yang sudah kenal akan Tuhannya maka ia tidak kenal lagi dengan dirinya”. Apabila merasa kenal dengan dirinya maka akan lahir pengakuan, pengakuan dalam segala hal dan bentuk. Apabila manusia sudah kenal dengan Tuhan maka janganlah ada lagi pengakuan dirinya. Sumber masalah dari manusia itu adalah karena adanya pengakuan manusia itu sendiri terhadap dirinya. Lupa untuk menyerahkannya kepada Al Khaliq. Pengakuan dirinya ada, maka kehendaknya juga ada, apabila pengakuan tidak ada maka seorang hamba akan merasakan kehendak Allah.
Maaf dengan segala kekurangannya
Terima kasih

Jumat, 25 Maret 2011

Panca Indra

1.              Panca Indra
Penglihatan, Pendengaran, Penciuman, Pengrasa, dan Peraba
Itulah yang dinamakan Panca Indra
Tidaklah sempurna penglihatanmu
Tidaklah sempurna pendengaranmu
Tidaklah sempurna penciumanmu
Tidaklah sempurna  perasaanmu
Tidaklah sempuna perabamu
Apabila kamu tinggalkan yang satu ini
Hendaklah kamu melihat dengan mata hatimu
Hendaklah kamu mendengar dengan pendengaran hatimu
Hendaklah kamu mencium dengan penciuman mata hatimu
Hendaklah kamu merasa dengan perasaan hatimu
Hendaklah kamu meraba dengan rabaan hatimu

Selasa, 22 Maret 2011

Abdi dan Mengabdi

Pengantar
"Allah wahdah laasyarikalah Muhammadan 'Abduhu Warasuluh"
Demikian bacaan yang tertera pada cap/stempel nubuwah yang sering kita lihat dan baca. 
Dari pengertian di atas,  nubuwah (kenabian) adalah sebuah gelar atau anugerah yang tidak dapat dicari, yang diberikan oleh Allah kepada hamba-hamba pilihan-Nya yang telah mencapai insan kamil (memiliki akal teoritis dan praktis) dengan cara memberikan wahyu kepadanya. Seperti yang telah diungkapkan dalam Al-Quran:

”Itulah petunjuk Allah, dengan itu Dia memberikan petunjuk kepada siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sekiranya mereka mempersekutukan Allah, pasti lenyaplah amalan yang telah mereka kerjakan. Mereka itulah orang-orang yang telah kami berikan kitab, hikmah dan kenabian…” (Al-An’am: 88-89).

Kenabian adalah derajat tertinggi dan kehormatan yang diperoleh manusia dari Tuhan. Kenabian membuktikan superioritas dari aspek batin seseorang atas orang lainnya. Seorang nabi seperti cabang yang menjulur dari Illahi ke dunia manusia. Dia memiliki intelek tertinggi yang menembus ke dalam realitas dari segala benda dan peristiwa. Lebih jauh lagi, ia adalah makhluk yang ideal, sangat mulia dan aktif. Orang-orang biasa tidak dapat memperoleh pengetahuan nabi. Jadi, seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa gelar kenabian hanya diberikan kepada orang-orang tertentu saja, bukan kepada sembarang orang.

Ditinjau dari segi sosiologis, kenabian (nubuwah) merupakan jembatan transisi dari masa primitif menuju masa rasioner. Para Nabi dan Rasul diutus ke dunia ini untuk membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang. Zaman kegelapan di sini maksudnya adalah zaman yang penuh dengan keburukan-keburukan moral, penyimpangan akhlak dan keyakinan, sehingga dapat dikatakan bahwa zaman sebelum diutusnya para Nabi dan Rasul sama dengan zaman primitif. Dikatakan primitif karena manusia masih dipengaruhi oleh kepercayaan-kepercayaan kepada yang magis. Pada saat itu, manusia masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme sebelum pada akhirnya sebagian dari mereka beralih kepada kepercayaan monotheisme, dengan menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa setelah para Nabi dan Rasul datang membawa risalah atau ajarannya.

Pembahasan

Walaupun gelar kenabian pada Nabi Muhammad SAW adalah yang terakhir, namun telah memberikan contoh dan pelajaran yang sangat berharga pada ummat manusia pada umumnya serta ummat islam pada khususnya. Seperti dikatakan dalam Al Quran "Pada diri Rasulullah terdapat contoh teladan yang baik".
Ada satu hal yang ingin saya kemukan dan contohkan pada bacaan nubuwah kenabian yaitu Nabi itu sebagai "abdi atau hamba Allah". Apakah pengertian abdi atau hamba yang dimaksudkan oleh Rasulullah itu. Menurut saya pengertian abdi atau hamba itu mempunyai beberapa maksud dan makna yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari :
  1. Abdi atau hamba mempunyai maksud agar kita sebagai manusia tidak bersifat sombong, baik dihadapan manusia atau dihadapan Allah. Kita sering melihat dan merasakan sombong adalah salah satu penyakit yang selalu ada pada manusia, sombong karena pangkat, karena harta, atau karena kelebihan-kelebihan lainnya. Sehingga dengan kesombongan itu ternyata merusak manusia itu sendiri. Wajar saja ketika pulang dari peperangan yang besar dalam perang badar dan mendapatkan kemenagan nabi kemudian mengatakan "musuh yang paling besar dan sulit untuk dikalahkan adalah nafsu". Ya, nafsu yang selalu menempel pada diri manusia dan selalu ada sampai kematian. Berarti kita selalu harus mengangkat senjata berperang melawan nafsu. Apabila nafsu sudah bisa dikemudikan maka kehidupan orang itu akan menjadi tenang, menjadi damai, menjadi luas pikirannya, menjadi cerdas otaknya, menjadi cerdas spritualnya, bahkan menjadi cerdas juga dalam berhubungan dengan Allah SWT.Apabila sudah cerdas segala-galanya maka akan terlihat dalam kehidupan kesehariannya, bermanfaat untuk dirinya, untuk keluarganya, untuk masyarakatnya, untuk agamanya, dan untuk negaranya, bahkan untuk rahmat bagi sekalian alam. Menjadi penerang, menjadi penyejuk, menjadi pelita, menjadi petunjuk, menjadi pembimbing, menjadi penyegar, menjadi guru, menjadi tempat curhat, dan menjadi-menjadi yang lainnya yang mendatang tenaga positif bagi alam disekitarnya. Pernahkan kita merasakan berdekatan dengan orang seperti ini, marilah kita mencari dan mengevalasi keberadaan mereka apakah sudah  bertemu dan ketemu. Untuk mencari Nabi Muhammad Rasulullah SAW sudah tidak mungkin lagi karena kita tidak sezaman, maka figur-figur yang seperti inilah yang perlu kita cari,  kita dekati, kita temani, dan janganlah kita jauhi apalagi kita musuhi, karena mereka adalah pewaris nabi. Kadang-kadang kita dalam mencari figur-figur seperti ini bisa salah atau tersesat. Kenapa salah atau tersesat, karena kita sering tertipu dengan penampilan luarnya saja tidak sampai pada penampilan dalamnya. Sebagai patokan untuk mencari dan bertemu dengan figur-figur itu ingatlah apa yang dikatakan oleh Sayyidina Ali ra, "lihatlah/dengarlah apa yang dikatakannya dan janganlah melihat siapa yang mengatakannya", kata lainnya adalah janganlah melihat status orang itu. Penampilannya menarik, kata-katanya baik dan benar pula, kita pakai.  Penampilannya menarik,  kata-katanya tidak baik dan tidak benar, tidak kita pakai. Penampilan sederhana, benar dan baik kata-katanya, kita pakai. Penampilan sederhana, kata-katanya tidak benar dan tidak baik, tidak kita pakai. Itulah saya fikir kriteria yang paling objektif dalam mencari figur-figur yang sesuai dengan pewaris nabi.
  2. Dalam Islam apabila seseorang mengerti maksud hakiki dari abdi atau hamba ini adalah pangkat yang tertinggi baik dihadapan rasulnya maupun dihadapan Allah. Kenapa menjadi pangkat yang tertinggi ?, karena seorang abdi adalah orang yang tidak memiliki dan tidak berkuasa. Dia hanya dimiliki oleh orang yang memiliki, sehingga menjadi orang yang tidak mempunyai apa-apa. Dia mengadikan hidupnya kepada orang yang memiliki dan menguasainya, dia berbuat, bertindak, dan berfikir sesuai dengan perintah dari tuannya atau orang yang memilikinya. Artinya dia sudah bisa menghilangkan egonya, kepentingan pribadinya. Yang dia lakukan tidak lagi atas namanya tapi atas orang yang memiliki dan menguasainya. Niatnya lillah, billah dan fillah. Wajarlah orang yang menjadi abdi mempunyai pangkat yang tinggi dihadapan Allah, yang akhirnya Allah akan memberi hidayah, pemikiran yang lebih dibandingkan dengan manusia-manusia yang lain. Karena mempunyai kelebihan yang diberikan Allah  maka orang akan mendekatinya, mengelilinginya, minta nasihat dan lain sebagainya. Allahuakbar. Ingatlah kenapa Ka'bah dijadikan kiblat, dijadikan tempat tawaf oleh Allah bagi ummat  islam, karena kerendahan tanahnya dibandingkan tempat lain, makanya pintar-pintarlah merendahkan diri secara wajar, janganlah berlebihan. 
Kesimpulan
Sering kita tertipu oleh pandangan mata kita yang membuat terjerumus, tapi kita tidak mau belajar untuk memandang orang lain dengan mata bathin yang membawa ketenangan, kedamaian. 
Cobalah melihat sesuatu itu dalam segala hal minimal  dua sisi kalau ingin menjadi orang yang arif.

Terima kasih

Senin, 21 Maret 2011

Belajar Dari Pengalaman


Birahi
Birahi adalah sebuah daya tarik, serangan emosi yang irrasional, dorongan nafsu-syahwat, bisikan setan atau mungkin merupakan gangguan mental. Emosi seperti ini tidak akan bertahan lama. Apabila telah terpenuhi dorongan nafsu tersebut, perlahan pesona itu akan pudar, mati dan hilang.
Kita lihat pula kalimat dbawah ini
Yang tidak saling merayu, bukan kekasih. Yang tidak saling memeluk, bukan kekasih. Yang tidak saling mencium, bukan kekasih. Yang tidak saling mencumbu, bukan  kekasih. Yang tidak saling birahi, bukan kekasih. Sepasang kekasih yang tidak saling merayu, tidak saling memeluk, tidak saling mencium, tidak saling mencumbu dan tidak saling birahi hanya ada dalam  mimpi siang bolong para perawan dan perjaka yang belum punya kekasih.
Apabila anda seorang lelaki, namun tidak birahi kepada kekasihmu, maka putuskan dia, lalu carilah kekasih baru, seorang kekasih yang membuatmu birahi. Wanita yang tidak membuatmu birahi, tidak patut menjadi kekasihmu, apalagi istrimu. Apabila engkau tidak birahi padanya selama pacaran, maka engkau pun tidak akan birahi padanya ketika menjadi suaminya kelak.
Apabila anda seorang perempuan, namun tidak merasa aman dan nyaman ketika memeluk kekasihmu, tidak mabuk kepayang ketika kekasihmu mengecup bibirmu, tidak birahi ketika kekasihmu merengkuhmu dalam pelukan dan ciuman, tidak merasa diri sempurna ketika kekasihmu birahi padamu, maka itu pertanda engkau tidak mencintainya. Putuskan dia, lalu carilah kekasih baru, seorang kekasih yang membuatmu jatuh cinta.
Dari kalimat-kalimat tersebut  tergambarkan bagaimana seorang manusia yang sedang dilanda birahi, dan usaha-usaha untuk mencapai birahi sehingga dapat menyenangkan hatinya, walau kesenangan itu hanya sementara saja. Namun menurut saya birahi yang seperti itu dapat kita alihkan untuk birahi kepada Allah.
Apakah kita bisa atau mampu untuk birahi kepada Allah senyaman atau senikmat birahi kita kepada makhluk ?
Untuk mendapatkan birahi yang hakiki kepada Allah modalnya adalah Cinta atau Mahabbah (dalam bahasa Arabnya) .  Lalu apa yang dimaksud dengan Mahabbah atau Cinta itu. Pada dasarnya cinta dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1.      Kata "mahabbah" sebagaimana yang diriwayatkan Al-Hujwiri dalam kitab "Kasyful Mahjuub", berasal dari kata "habbah" yang berarti benih-benih/biji yang jatuh ke bumi di padang pasir. Mahabbah dikatakan berasal dari kata itu karena dia merupakan sumber kehidupan. Sebagaimana benih itu tersebar di gurun pasir, tersembunyi di dalam tanah, dihujani oleh terpaan angin, hujan dan sengatan matahari, disapu oleh cuaca panas dan dingin, benih-benih itu tidak rusak oleh perubahan musim, namun justru tumbuh berakar, berbunga dan berbuah. Demikian halnya cinta sejati, tak lapuk dengan sengatan mentari dan guyuran hujan, tak lekang oleh perubahan musim dan tak hancur berantakan oleh terpaan angin. Ada pula yang mengatakan "mahabbah" berasal dari kata "hubb" yang berarti penyangga (empat kaki-kaki kecil pada alas poci air), disebut demikian karena seorang pecinta, rela dengan suka hati melakukan apa saja untuk yang dicintainya.
Adapula yang mengatakan "mahabbah" berasal dari kata "haabb" yang berarti relung hati yang paling dalam. Dikatakan demikian, karena cinta tumbuh dari relung hati yang paling dalam (grows from the deepest side of heart). Tak mudah dilukiskan dalam kata-kata,tetapi tumbuh dalam perasaan hati setiap insan.   Apapun asal katanya, kita sepakat bahwa cinta adalah tali buhul yang mengikat kuat antara si pecinta dan yang dicintainya. Dia datang, tidak diketahui waktunya, dan akan pergi begitu saja kalau tidak dipelihara dengan baik.
Cinta yang pertama ini biasanya lebih banyak dilihat dari segi yang nampaknya saja. Kita jatuh cinta karena kelebihan yang dimiliki oleh pasangan kita seperi : kecantikannya/ketampanannya, kekayaannya,  kepintarannya, kharismatiknya, ataupun kelebihan-kelebihan lainnya.  Apabila kelebihan-kelebihan itu tidak ada lagi pada pasangan yang dicintai maka sedikit demi sedikit akan luntur atau pudar bahkan bisa hilang.
2.      Tingkatan yang kedua adalah "mawaddah",berasal dari kata "wuud" yang berarti al-hubb al-katsir (cinta yang banyak/mendalam). Pakar leksikografi al-Quran, Ar-Raghib Al-Isfahani mengatakan bahwa mahabbah adalah hanya terbatas yang tersembunyi dalam relung hati, sedangkan mawaddah adalah yang meninggalkan bekas nyata (atsar) dalam kehidupan.  Yaitu terjalinnya hubungan mesra (tahaabbu) antara suami dan isteri. Salah satu asma Allah "al-Waduud", karena nama itu merealisasikan cinta Tuhan pada segenap alam dalam pemeliharaanNya.
Cinta yang kedua ini sudah lebih baik, karena sudah tidak melihat pada kelebihan pasangannya saja, tetapi sudah menerima atau mau memaafkan kekurangan yang dimiliki oleh pasangan. Sehingga cintanyapun bisa bertahan lebih lama dan panjang. Dan cinta tingkatan yang kedua ini berlaku tidak hanya pada pasangannya saja tetapi juga  selain pasangannya. Seperti cinta orang tua kepada anaknya, walaupun anaknya berbuat, berkelakuan tidak menyenangkan bagi dirinya tetapi,  mau tidak mau harus tetap dimaafkan karena dia tetap statusnya sebagai anaknya. Perlu diingat bahwa maaf itu adalah bagian dari cinta, dimana seseorang rela berkorban untuk orang yang dicintainya walaupun sampai nama baik dirinya tercemar.
3.      Rahmah (kasih)   Kata "rahmah" berasal dari kata "rahm", yang berarti rasa kasih yang menuntut munculnya perbuatan baik terhadap yang dikasihi. Jadi rahmah adalah rasa kasih yang membuahkan perbuatan baik dari yang mengasihi kepada yang dikasihi, tanpa mengharap balasan.
Cinta yang ketiga ini adalah cinta murni ibarat emas kadarnya 24 karat, sehingga walaupun dikalungkan pada seekor anjing  (maaf bukan menyepelekan) tetapi tetap mempunyai kadar 24 karat, tidak terpengaruh  dari siapa oleh siapa dan untuk siapa. Hal ini disampaikan karena kalau kita beribadah khususnya ibadah hablumminannas sering melihat dari siapa, oleh siapa, dan untuk siapa.
Setelah kita mengetahui  arti dan rasa dari birahi yang ada pada diri kita,  dan juga mengerti arti birahi kepada Allah kita lebih mudah untuk mengamalkan sehngga mendatangkan rasa kenyaman, kedamaian, kenikmatan, dan ketenangan. Agar lebih  mudah untuk dimengerti  lagi maksudnya adalah segala gelora, semangat, gairah, nafsu dan birahi tadi yang kita ambil bukannya kata-katanya itu yang mendatangkan pemikiran negatif dalam agama , tapi yang kita ambil atau tarik pelajaran adalah rasa dari semangat yang besar, yang menggebu-gebu, dari keinginan kita lalu arahkan untuk sadar  kepada Allah. Juga semua itu juga sangat bergantung pada niat kita. Kalau niat kita birahi kepada makhluk, maka hasilnya juga birahi kepada makhluk. Tapi kalau niat kita birahi kepada Allah maka hasilnya juga akan birahi kepada Allah. Kalau kita sudah birahi kepada Allah, maka Allah akan memanggil kita (“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah pada Tuhan Mu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam syurga-Ku”. QS. Al Fajr. 27-30). Namanya juga birahi, maka pasti Allah memanggil kita dengan mesra (datanglah), seakan-akan memanggil kekasihnya. Maka kita datang menghadap Allah dengan semangat yang tinggi karena dipanggil oleh kekasih, siapa yang tidak suka. Namun  kita harus bersungguh-sungguh dalam mencari atau mengamalkan. Sehingga sesuai dengan dalil yang berbunyi “siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkannya”.  

Kenapa hal ini saya tulis  maksudnya adalah agar lebih mudah mengetahui dan lebih mudah untuk mengamalkannya. Kenapa akan lebih mudah untuk mengetahui dan  lebih mudah  mengamalkan. Karena yang kita bicarakan, kita contohkan adalah pengetahuan dan pengalaman pada diri kita masing, yang setiap orang pernah merasakannya, dan pengalaman itu adalah guru yang paling berharga, seperti yang diungkapkan oleh peneliti  dibawah ini :
MODUS PENGALAMAN BELAJAR :
Kita belajar  akan  memperoleh ;

1.       10% dari apa yang kita baca,
2.       20% dari apa yang kita dengar,
3.       30% dari apa yang kita lihat,
4.       50% dari apa yang kita lihat dan dengar,
5.       70% dari apa yang kita katakan, dan
6.       90% dari apa yang kita katakan dan lakukan

(Sheal, Peter (1989) How to Develop and Present Staff Training Courses. London: Kogan Page Ltd.) 

Jadi , dengan belajar atau mengetahui yang ada pada diri tentang birahi/nafsu jasmani dan membelokkannya untuk birahi kepada Allah serta mengamalkannya maka kita akan memperoleh pengetahuan yang besar yaitu 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan  sehingga dalam beragama (Islam) kita akan mencapai keyakinan yang sempurna (kamalul yakin).

 Orang yang beragama dengan pencapaian keyakinan yang sempurna tidak akan mudah terombang ambing oleh badai kehidupan dunia yang  oleh sekarang  dinamakan globalisasi atau masalah-masalah yang lainnya. Dia akan tegar dalam menghadapinya dan selalu ada saja  jalan keluar dari setiap masalah yang dihadapinya. Karena dalam anggapannya kehidupan ini adalah dua hal yang tidak bisa dihindarkan yaitu keadaan yang selalu berpasang-pasangan, ada langit-ada bumi, ada tinggi-ada rendah, ada senang-ada susah, dan pasangan-pasangan lainnya. Hadapi keadaan alam semesta ini bukannya dihindari atau ingin mencari yang enak, mudah, nyaman atau amannya saja.

Saya jadi teringat dengan kenyataan yang ada dalam alam semesta ini yang kemudian diangkat menjadi sebuah pembelajaran oleh kelompok sufi  “Jadilah kamu seperti ikan diair laut yang tidak pernah asin walau hidup dalam air laut”.

Apakah maksudnya ?, Ini adalah sebuah pembelajaran yang sangat baik dan benar kalau kita mau berfikir, dan mau tidak mau kita harus berfikir karena kita sudah diberi aqal oleh Allah SWT.
Dalam pembelajaran biologi Ikan laut tidak asin rasanya karena ginjalnya mampu mengeluarkan garam air laut yang masuk melalui insang, dikeluarkan dari badan lagi, sehingga kadar garam dalam tubuhnya senantiasa lebih rendah daripada kadar garam air laut sekelilingnya. Air laut yang normal kadar garamnya hanya sekitar 3% . Ini sebenarnya tidak begitu asin dibandingkan dengan ikan asin misalnya, yang kadar garamnya 12%, atau telur asin yang digarami dengan garam yang lebih pekat ~ 20%
Artinya ikan tersebut  mempunyai alat atau filter  yang bisa membuat dirinya tidak terpengaruh oleh keasinan air laut.
Sekarang kita lihat diri kita, Apakah juga mempunyai alat atau filter sehingga kita tidak akan terpengaruh dengan kondisi negatif dari globalisasi atau alam semesta ini. Tentu saja ada kalau kita berilmu, kalau kita mau mencarinya, kalau kita mau belajar. Karena manusia diciptakan oleh Allah dengan sangat sempurna melebihi binatang bahkan malaikat.

Maksudnya   adalah kita harus mencari ilmunya, setelah dapat kita lakukan, kemudian kita dapatkan atau kita temukan dan kita yakini, “inilah alat atau filter” yang diciptakan Allah untuk menghadapi badai/prahara dunia ini sehingga kita selamat dunia dan akhirat tanpa perlu melarikan diri. Allah juga membuat badai alam semesta ini manfaatnya juga bagi kita dengan kata lain kita belajar dari badai.

Terima kasih

Sujud

Kali ini saya ingin menuangkan sebuah pemikiran berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang saya lihat dan rasakan yaitu tentang sujud.  Sebelumnya mari kita lihat dulu bersama-sama arti dari sujud.
Secara bahasa kata sujûd (سُجُوْد) berarti “meletakkan kening ke atas permukaan bumi, merendahkan diri, dengan maksud menghormat”. Arti lain dari kata ini ialah “merendahkan diri” atau “menghinakan diri”. Arti hakikat dari sujûd adalah “suatu bentuk perbuatan tertinggi yang dilakukan oleh orang atau sesuatu dengan cara merendahkan diri di hadapan yang dihormatinya”. Pengertian ini sifatnya umum, baik bagi makhluk yang berakal maupun yang tidak berakal. Secara terminologis kata ini berarti “pernyataan ketaatan seorang hamba kepada Allah Swt. dengan cara meletakkan kedua kaki, kedua lutut, kedua tangan, dan muka di atas lantai (tanah) sambil menghadap ke arah kiblat”.
Meletakkan kening ke atas permukaan bumi hanya salah satu bentuk amal, tetapi intinya merendahkan diri untuk menghormati, meskipun tidak dalam bentuk itu. Oleh karena itu, kata sujûd di dalam Alquran dipakai untuk menunjukkan perbuatan sujud, baik yang dilakukan oleh manusia, malaikat, maupun oleh makhluk lainnya, seperti bintang dan pepohonan.
Dalam sujudlah terdapat momen-momen yang sesuai untuk merendahkan diri seorang hamba di hadapan Khaliknya yang Maha Agung. ketika bersujud seorang mukmin akan dapat merasakan seolah-olah sedang berhadapan dengan Allah. karenannya ketika seorang mukmin bersujud dengan khusuk mereka mencurahkan segala isi hatinya, mengadukan dirinya dan kesedihannya kepada Allah, maka iapun merasakan timbulnya suatu yang dapat menghilangkan kepedihan dan kesusahannya, kelapangan dada serta kemudahan persoalannya hanya kepada Allah SWT.
Saya tertarik sekali dengan Arti hakikat dari sujûd yaitu “suatu bentuk perbuatan tertinggi yang dilakukan oleh orang atau sesuatu dengan cara merendahkan diri di hadapan yang dihormatinya”. dan juga kalimat  “Meletakkan kening ke atas permukaan bumi hanya salah satu bentuk amal, tetapi intinya merendahkan diri untuk menghormati, meskipun tidak dalam bentuk itu”.
Apa yang menyebabkan saya tertarik akan hal ini ?, Berdasarkan pengamatan, pengalaman yang saya rasakan pengertian dari sujud  lebih banyak tertumpu pada saat melakukan sujud dalam shalat dengan bacaan “subhanarabbiyala’lawabihamdih”, itulah yang dinamakan dengan sujud. Tetapi ternyata pengertian sujud tidak hanya itu tetapi mengandung pengertian yang lebih luas. Permasalahan yang sering muncul juga adalah ketika kita sujud dalam shalat tapi kita tidak sujud. Wah ganjil sekali , orang sujud dikatakan tidak sujud, apa maksudnya?.  Maksudnya adalah walaupun kita sujud tapi hati kita tidak sujud atau tunduk. Silahkan saja lihat hati kita masing-masing, ketika kita sujud apakah sudah betul-betul sujud atau hanya gerakan dan bacaannya saja yang sujud. Sedangkan pengertian dari sujud tadi adalah tunduk. Kalau sudah tunduk Alhamdulillah kalau belum mari kita perbaiki atau mari kita sujud luar dan dalam (gerakan dan hati).
Saya ingin mencoba melihat pengertian lain  dari sujud diantara pengertian sujud yang luas tadi.
Kita sering mendengar kata  “hamba atau abdi”, yaitu orang yang  menghambakan diri; berbakti :berjanji akan benar-benar mengabdi kepada orang yang patut dia abdi. Dalam ajaran islam berarti kita mengabdikan diri kita kepada Allah dan rasulnya. Apabila hati kita sepenuhnya ditujukan kepada orang yang  kita abdikan dalam kehidupan sehari-hari berarti kita juga melaksanakan sujud dalam arti yang luas. Apabila dalam keseharian saja kita selalu tunduk/sujud apalagi dalam shalat, apalagi dalam sujud.
Dari sini juga muncul sebuah pertanyaan, Kenapa pengertian sujud yang kita pahami dan laksanakan hanya sebatas dalam shalat saja. Menurut saya ada beberapa hal yang menyebabkannya :
  1. Sujud dalam shalat adalah ajaran Islam yang berbahasa Arab, atau berasal dari Arab, atau bahasa Ibu dari Nabi Muhammad SAW. Ketika Islam dengan ajaran-ajarannya disampaikan kepada kita di Indonesia yang mempunyai bahasa berbeda, maka yang lebih diutamakan adalah penyampaian/dakwah  yang mendasar tentang Rukun Iman, Rukun Islam dan Ihsan. Sehingga ketika kita berislam dan mengerjakan syariatnya yang banyak kita ketahui hanya cara mengerjakannya dan bacaannya saja. Bagi bangsa Arab atau yang mengerti bahasa Arab mereka sudah paham maksudnya, sedangkan kita yang mempunyai bahasa berbeda akan mengalami kesulitan untuk memahaminya secara lebih dalam.
  2. Kesalahan kita yang tidak mau belajar, kita berislam kebanyakannya hanya karena keturunan atau ikut-ikutan, sehingga hal ini sering menjerumuskan kita. Kenapa dikatakan menjerumuskan karena kita islam hanya sampai pada syariatnya saja, mengerjakannya hanya berdasarkan yang dilihat, yang di dengar, dan belum sampai pada ajaran islam secara keseluruhan yaitu syariat dan hakikat atau zhahir dan bathin. Padahal sekarang ini sudah banyak sekali guru-guru, kitab-kitab yang berbahasa Indonesia yang memudahkan kita untuk belajar.
Lirik Lagu Opick dan Amanda

Bersujud kepada Allah
Bersyukur sepanjang waktu
Setiap nafasmu, seluruh hidupmu
Semoga diberkahi Allah
Bersabar taat pada Allah
Menjaga keikhlasannya
Semoga dirimu, semoga langkahmu
Diiringi oleh rahmatNya
Setiap nafasmu, seluruh hidupmu
Semoga diberkahi Allah
Alhamdulillah wasyukurilah
Besyukur padamu ya Allah
Kau jadikan kami saudara
Indah dalam kebersamaan

Bersujud kepada Allah
Bersyukur sepanjang waktu
Setiap nafasmu, seluruh hidupmu
Semoga diberkahi Allah
Semoga dirimu semoga langkahmu
Diiringi oleh rahmatnya
Alhamdulillah wasyukurilah
Besyukur padamu ya Allah
Kau jadikan kami saudara
Indah dalam kebersamaan
Alhamdulillah wasyukurilah
Besyukur padamu ya Allah
Kau jadikan kami saudara
Hilanglah semua perbedaan
Alhamdulillah wasyukurilah
Bersyukur padamu ya Allah
Bersujud kepada Allah
Bersyukur sepanjang waktu


Terima kasih

Kamis, 17 Maret 2011

Cinta

Prahara  Cinta
“Cinta antara pria dan wanita bukan­lah cinta yang sejati namanya! Melainkan asmara yang timbul dari kecocokan sele­ra, baik mengenai ketampanan maupun mengenai watak sehingga saling tertarik, kagum seperti orang melihat bunga-bunga indah. Gairah karena kecocokan selera ini bercampur dengan nafsu berahi. Asmara ini penuh dengan keinginan me­nguasai, memiliki, memperbudak, penuh dengan keinginan dimanja, dipuja dan dijunjung tinggi, disamping keinginan me­nikmati kepuasan dari hubungan badan yang didorong nafsu berahi. Semua ini bersumber kepada Si Aku yang selalu menujukan segala hal demi kepentingan dan kesenangan diri sendiri, biarpun dengan cara yang cerdik berliku-liku, tujuan terakhir adalah untuk diri sendiri, untuk Si Aku. Karena itulah, asmara antara pria dan wanita ini menimbulkan hal-hal gila seperti sekarang ini. Kalau diputuskan menimbulkan duka, kalau di­khianati menimbulkan benci, kalau kurang tanggapan menimbulkan cemburu. Pen­deknya, asmara antara pria dan wanita menimbulkan bermacam pertentangan, ketakutan, yaitu takut kehilangan, dan duka. Itulah cinta antara pria dan wanita yang kauagung-agungkan itu!”

Masih penasaran. “Mungkin itu gambaran cinta seorang yang berwa­tak buruk, seorang yang hanya ingin mementingkan dirinya pribadi!
Bagaimana cinta se­orang yang berhati murni amat bersih, sanggup berkorban, dan siap melakukan apapun juga, bahkan berkorban nyawa kalau perlu, untuk orang yang dicinta!”  “Ha-ha-ha, alasan kuno yang sudah menjadi kembang bibir semua orang yang dimabok cinta! Memang kita percaya bah­wa engkau akan berani berkorban nyawa untuk gadis yang kaucinta,  Akan tetapi bagaimana seandainya gadis itu tidak membalas cintamu? Bagaimana kalau engkau melihat dia berkasih-kasihan dengan pria lain? Bagaimana kalau dia tidak setia kepadamu, memperolok cinta­mu dan dengan mencolok bermain cinta dengan pria lain di hadapanmu? Apakah engkau rela dan cintamu akan tetap?”

 “Kalau begitu, apakah tidak ada cinta suci di dunia ini ?

“Tidak ada! Yang disebut-sebut orang, semua adalah cinta palsu yang berdasar­kan kepada kepentingan Si Aku masing-masing.”

“Ah, masa begitu, ? Bagai­mana dengan cinta seorang anak kepada ibunya?” . Bagaimana mungkin orang menyangsikan cinta kasih seorang anak terhadap ibunya?
“Itupun palsu! Seorang anak merasa terkurung budi kepada ibunya, orang ter­dekat dengannya sejak kecil! Orang yang bersikap manis, orang yang selalu digantunginya, disandarinya, sehingga dia ter­biasa oleh perlindungannya dan setelah Si Anak besar, teringat akan kebaikan-kebaikan ini merasa berhutang budi dan ingin membalas budi. Bukan cinta yang sejati, melainkan perasaan hutang budi belaka. Andaikata Si Anak sejak bayi diberikan kepada seorang wanita lain, kalau wanita itu melimpahkan kebaikan-kebaikan kepadanya, tentu anak itu akan berhutang budi pula. Coba kalau seorang ibu bersikap buruk kepada anaknya, bersikap kejam dan sebagainya, apakah Si Anak akan tetap mencintanya seperti yang diucapkan mulutnya? Lihat saja semua orang yang telah dewasa, setelah menikah, bukankah perasaannya lebih mende­kat kepada suami, isteri, dan anak-anak­nya?”

“Wah, Bagaimana kalau cinta kasih se­orang ibu kepada anaknya? Nah, berani­kah  menyangkalnya dan me­ngatakan bahwa cinta kasih seorang ibu kepada anaknya juga palsu?”
“Memang palsu selama Si Ibu meng­harapkan kesenangan dari cintanya itu. Kalau seorang ibu hendak membuktikan cintanya palsu atau bukan, dia boleh bertanya kepada diri sendiri, marahkah dia kalau Si Anak tidak menurut kata-katanya, bencikah dia kalau Si Anak berani melawannya dan bersikap kurang ajar kepadanya, dan dukakah dia kalau Si Anak melupakannya dan tidak mem­balas budi kepadanya. Kalau benar demikian, maka sesungguhnya dia tidak mencinta anaknya, karena di mana ada cinta, di situ tidak mungkin ada keben­cian, kemarahan dan kedukaan.”

“Wah, kalau begitu , cinta bukan perasaan manusia bia­sa! Agaknya hanya cinta kasih manusia terhadap Tuhan saja yang suci!”.

“Sama sekali tidak! Cinta manusia terhadap Tuhan lebih munafik lagi! Se­sungguhnya bukan cinta, melainkan pemu­jaan, dan pemujaan ini palsu belaka kalau di baliknya terdapat keinginan agar memperoleh balas jasa atau imbalan. Kalau manusia memuja Tuhan dengan niat agar memperoleh imbalan berkah, baik selagi masih hidup atau kelak kalau sudah mati, maka pemujaan itu pun palsu belaka, seperti jual beli! Cinta adalah sederhana dan wajar, tanpa pamrih, kare­nanya tidak akan mendatangkan kecewa, benci atau duka.”
Diambil dari cerita silat Kho Ping Ho

Rabu, 16 Maret 2011

Selingkuh

1. Pengertian :

1. Selingkuh dalam hati, artinya mungkin tidak berhubungan secara fisik tapi  ada semacam ikatan dalam hati,
    maksudnya ada perasaan keterikatan  terhadap si A atau si B.dan hubungan itu di luar sepengetahuan  
    pasangan kita
2.Selingkuh dengan tindakan plus perasaan, ini maksudnya ada kontak fisik  dan perasaan
3.Selingkuh dengan tindakan tanpa perasaan, ini yang sering banget dan paling banyak pelakunya. Ada
   kontak fisik tanpa di sertai perasaan di  dalamnya

2. Pembahasan
Materi yang akan saya sampaikan ini tidak ada hubungannya dengan pengertian diatas, tetapi selingkuh ini dilakukan oleh hampir sebagian besar manusia yang tanpa sadar melakukannya. Karena melakukannya tanpa disadari, akhirnya merasa tidak bersalah. Wah gawat, selingkuh apakah itu ?, sehingga kita tidak sadar, kaya orang dihipnotis saja. Kalau kita tidak sadar melakukannya berarti sangat berbahaya bagi kehidupan kita, berarti juga kita selalu berada di ujung tanduk yang sewaktu-waktu bisa jatuh atau tergelincir.
Untuk memperjelas pembahasan ini, akan saya kutipkan dari sebuah kitab karya Syekh Abdul Qadir Al Jailani yang berjudul “Futuhul Ghaib/Menyingkap rahasia kegaiban mata hati”, sebagai berikut ;

Ajaran Ketigapuluh Dua
Mungkin kamu berkata, “Siapa saja yang aku kasihi, maka kasihku kepadanya itu tidak akan kekal. Kami selalu saja berpisah, baik karena berjauhan, mati, bermusuhan, atau kehilangan harta.” Oleh karena itu kamu diberitahu, dan sadarkah kamu, wahai orang-orang yang percaya kepada Allah, bahwa kamu diberi karunia, dipelihara dan dijaga dengan sebaik-baiknya? “Tidakkah kamu mengetahui bahwa Allah itu cemburu? Dia menciptakan kamu untuk Dia saja. Mengapa kamu menghendaki yang lain selain Dia? “ Tidakkah kamu mendengar firman-Nya ini ?:
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lembut terhadap orang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan tidak takut terhadap celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS, 5 : 54)

Dan tidakkah kamu mendengar pula firman-Nya ini ? :
Dan Aku tidak menjadikan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah Aku (QS, 51 : 56)
Dan apakah kamu tidak pernah mendengar sabda Nabi Muhammad SAW ini Beliau bersabda, “Apabila Allah mengasihi hamba-Nya, maka diberilah hamba itu ujian, jika hamba itu bersabar, maka hamba itu akan dijaga-Nya.” Beliau ditanya, “Wahai Nabi Allah, apakah yang dijaga-Nya itu?” Beliau menjawab, “Dia tidak akan meninggalkan anak dan harta pada hamba itu.”

Ini disebabkan, jika si hamba itu mempunyai anak dan harta, maka cintanya itu akan terbagi-bagi. Cinta yang seharusnya diserahkan bulat-bulat kepada Allah, telah ia bagi-bagikan pada anak dan hartanya. Allah tidak mau untuk disekutukan. Dia cemburu. Da menguasai segalanya. Karena itu, Dia menghancurkan segala apa yang menjadi sekutu bagi-Nya, agar dia dapat menguasai sepenuh hati hamba untuk Dia saja dan tidak yang lain di hatinya selain Dia. Setelah itu, barulah Allah akan membuktikan firman-Nya, “Dia akan mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.
Sehingga hati hamba itu benar-benar bebas dan bersih dari sekutu-sekutu Allah seperti anak, harta benda, pangkat, kekuasaan, kemuliaan, keadaan atau peringkat kerohanian, makan, kedudukan, dunia, syurga, kedekatan kepada Tuhan dan bahkan apa saja selain Dia tidak ada lagi di dalam hatinya. Tidak ada nafsu dan tidak ada pula cita-cita. Kosongkanlah hati sampai seperti tong yang penuh dengan lubang, sehingga tidak dapat lagi menampung air. Leburlah hati itu dengan perbuatan Allah. Apabila selalu ada suatu tujuan yang tumbuh di dalam hatimu, maka hati itu akan dihancurkan oleh perbuatan Allah, karena Dia cemburu. Kemudian, si hamba itu akan dipenuhi dengan kemuliaan, kekuatan, keagungan dan kesempurnaan Ilahi.
Dengan demikian, maka tidak ada sesuatupun yang dapat menembus hati semacam itu. Harta benda, anak dan istri, teman dan handai tolan, mu’jizat dan keramat serta kekuasan dan pengetahuan tentang masa depan tidak akan dapat mempengaruhi dan merusak hati itu. Semua itu akan tinggal diluar hati dan tidak akan masuk ke dalamnya. Semua ini adalah tanda-tanda kemuliaan, kehormatan, kasih sayang dan rizki yang diberikan kepada-Nya. Hamba-hamba seperti ini senantiasa akan diberi perlindungan, pertolongan dan keridhaan dari dunia hingga akhirat.

Demikian kalimat yang saya kutip dari kitab futuhul ghaib ajaran yang ke tigapuluh dua. Sekarang mari kita coba untuk menganalisis isi dari ajaran tersebut :

1. Pengertian dari selingkuh yang hakiki adalah kita melupakan Allah, atau  mengisi hati selain dari Allah
    seperti : anak, harta benda, pangkat, kekuasaan, kemuliaan, keadaan atau peringkat kerohanian, makan,
    kedudukan dunia, syurga, kedekatan kepada Tuhan. dll
 Seperti yang saya kemukakan diatas, karena kita tidak sadar sedang berbuat kesalahan alias selingkuh, kita banyak terpaku pada urusan/pengamatan yang ada di dunia ini saja dan tidak pernah bertanya kepada diri sendiri. Dan ketika kita mencoba memperluas arti selingkuh seperti pengertian diatas akhirnya kitapun mengakui di dalam hati, kita juga selingkuh (selingkuh dalam hati, artinya mungkin tidak berhubungan secara fisik tapi ada semacam ikatan dalam hati, maksudnya ada perasaan keterikatan terhadap si A atau si B, dan
hubungan kita yang terikat dengan dunia itu diketahui Allah (Karena Allah Maha Tahu) sehingga kita terikat dengan pasangan kita, ini baru dengan pasangan kita, bagaimana dengan anak, harta benda, pangkat, kekuasaan, kemuliaan, keadaan atau peringkat kerohanian, makan, kedudukan dunia, syurga, bahkan kedekatan kepada Tuhan yang kita selingkuhi.Astagfirullahala’zhim

2. Kalau kita sudah tahu kesalahan diri kita, jangan mengamati/melihat kesalahan orang lain yang berselingkuh, karena apabila kita mengamati/melihat maka kitapun akhirnya berselingkuh dengan Allah, padahal ini yang lebih berbahaya bagi keselamatan hidup kita disisi Allah.

3. Ternyata bagi mereka yang berjalan menuju Allah, Allah akan menarik kita baik secara paksa yaitu dengan ujian ataupun dengan halus apabila kita bersyukur sehingga nantinya hati kita hanya diisi dengan Allah. Karena Allah kasih sayang terhadap ummatnya


3. Kenapa Selingkuh

Selingkuh yang kita lakukan setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik bahkan ketika shalat, disebabkan oleh kecintaan kita pada dunia.
Disamping itu juga kita menghindarkan diri dari selingkuh hanya karena malu dengan makhluk, hanya mau dilihat, dinilai, dihargai. Cobalah kita alihkan semua pemikiran, keinginan, dan perasaan kita kepada Allah, Insyallah kalau kita mau berjuang maka akan diisi oleh Allah. Amin
Permasalahan lain yang menyebabkan kita selingkuh adalah karena kita menganut agama islam karena faktor keturunan, artinya kita berislam hanya karena ikut-ikutan, tidak mau belajar secara serius, mendalam dan sungguh-sungguh, maka akhirnya menjadikan kita memeluk agama islam seperti orang awam. Kita beramaliah tanpa ilmu, tanpa keyakinan sehingga selalu ragu-ragu, sehingga hati kita selalu selingkuh

4. Jalan Keluar

1. Karena itu, walaupun kita tidak berprofesi sebagai guru agama, tapi segala tindakan kita dalam menjalankan amanat Allah selau dilandasi ajarannya.Caranya adalah dengan belajar. Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat atau tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina.

2. Hati-hatilah dalam melihat, memandang, dan mengatakan orang lain selingkuh karena diri kita juga setiap saat dalam ambang selingkuh, karena sedikit saja kita tidak menyadari keberadaan Allah maka kita dalam selingkuh.

Rasa Sakit Hati

Rasa sakit hati itu hanya satu.
Tapi yang menyebabkannya banyak
Ada yang disebabkan dikhianati,
ada yang disebabkan penghinaan
Ada yang disebabkan melihat orang lain senang dan diri sendiri susah
Ada yang disebabkan susah melihat orang senang
Ada yang merasa tidak dihargai
Dan banyak lagi penyebab rasa sakit hati
Kita biasa mengatasinya dengan melihat sebabnya yang bermacam-macam
Padahal sakit hati itu hanya satu, yaitu sakit hati
Jadi kalau ingin mengobatinya juga hanya satu
Apakah itu ?
Sebelum saya jawab, ingin dulu bercerita :
Ada seorang anak muda yang sakit hati
Dia bertanya kepada orang-orang "siapakah yang dapat menyembuhkan hati yang sakit ini"
Kemudian ditunjukkan orang disebuah pinggiran ada seorang kakek.
Si pemuda bercerita kepada kakek tentang sakit hatinya
Kakek manggut-manggut kepalanya mendengar cerita pemuda
Dia ambilkan obat-obatan yang ada disekitarnya, sampai menjadi sebuah ramuan yang sudah dihidangkan di dalam gelas
Si pemuda disuruh meminumnya dan kakek tanyakan bagaimana rasanya
"Pahit"  kata si pemuda
Kakek mengajak pemuda itu ke belakang rumahnya
Disana ada sebuah telaga yang airnya sangat bening, disuruhnya pemuda itu untuk turun ke telaga tersebut
Kakek kemudian menyerahkan ramuan yang sama pahitnya  kepada pemuda  itu, dan memerintahkan
Tuanglah air ramuan itu kedalam telaga, dan ambil kembali lalu minum
Kakek bertanya, bagaimana rasanya.  Sangat segar sekali kata pemuda.
Jadi kalau kita ada masalah, atau rasa sakit hati
=Beningkan hati,
=Luaskan/lapangkan dada,
Sehingga kepahitan hidup (seperti ramuan yang pahit tadi) akan kalah dengan kebeningan hati, keluasan dada/kelapangan dada.
"Seperti telaga tadi"
Dan yang paling mendasar adalah : rendahkan/hilangkan ke "aku"an  Mu
Inilah satu-satunya obat sakit hati,
Kita seing sakit hati karena ke"aku"an kita
Terima kasih