Laman

Selasa, 31 Mei 2011

Memanfaatkan Pengecualian


Tidak ada manusia yang benar-benar bebas dari kehendak egonya (dirinya) sendiri, kecuali malaikat.  Para malaikat dipelihara oleh Allah dalam kesucian kehendak mereka dan para Nabi dipelihara dari nafsu badaniyah mereka.  Sedangkan jin, manusia telah diberi tanggungjawab untuk berakhlak baik, tapi mereka tidak terpelihara dari pengaruh dosa dan maksiat, kecuali.....

Sungguh besar sekali beban yang ditanggung oleh manusia, harus berakhlak baik, tapi tidak terpelihara dari dosa dan maksiat.
Walaupun diberi tanggungjawab dan tidak terpelihara dari dosa dan maksiat, tapi disanalah juga ada janji Allah yaitu manusia akan lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan malaikat ataupun makhluk lainnya apabila dia bisa memanfaatkan peluang kecil yang diberikan oleh Allah. Peluang kecil itulah yang kemudian saya namakan dengan sebutan kecuali.

Orang yang biasa memanfaatkan kecuali biasanya adalah orang yang berjalan diatas kepercayaan diri yang tinggi, dia juga biasanya adalah orang inspiratif, juga mempunyai semangat yang besar, tidak ketinggalan biasanya juga kreatif, orang yang berkeyakinan semua yang diciptakan oleh Allah selalu ada manfaatnya atau rahmatan lil’alamin, bahkan bisa sebagai seorang yang jenius.  Dikatakan demikian karena pada umumnya orang lain sudah menyerah dengan peluang yang ada, tapi dia tetap berjalan untuk memanfaat peluang/pengecualian itu dengan modal/model yang diyakininya akan mendatang hasil yang diinginkannya.

Berkaitan  dengan jin dan manusia  yang telah diberi tanggungjawab  untuk berakhlak baik, tapi mereka tidak terpelihara  dari pengaruh dosa dan maksiat, kecuali….  mereka yang diberi hidayah oleh Allah agar bisa seperti malaikat, agar bisa seperti para nabi.   Tahapan pertama memang kita harus berpegang dulu pada “Allah akan memberikan  hidayah pada orang yang dikehendaki-Nya”.  Tapi jangan lupa pula dengan firman Allah yang berbunyi , “Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, kalau kaum itu sendiri tidak merubahnya”.  Peganglah kedua dalil tersebut niscaya kamu akan berjalan pada sunnatullah dan sunnaturrasul.  Apalagi kalau dihubungkan dengan perkataan Rasulullah, “Ikhtiar adalah jalanku dan tawakkal adalah keadaanku”.


Mari kita  menguraikan kalimat “ jin dan manusia  yang telah diberi tanggungjawab  untuk berakhlak baik, tapi mereka tidak terpelihara  dari pengaruh dosa dan maksiat, kecuali….”    Dimanakah letak pengecualian tersebut, mari kita pikirkan dan renungkan !
Untuk memikirkan dan merenungkannya kita kutip dulu  kalimat diatas  “Tidak ada manusia yang benar-benar bebas dari kehendak egonya (dirinya) sendiri, kecuali malaikat.  Para malaikat dipelihara oleh Allah dalam kesucian kehendak mereka dan para Nabi dipelihara dari nafsu badaniyah mereka .  Sedangkan jin, manusia telah diberi tanggungjawab untuk berakhlak baik, tapi mereka tidak terpelihara dari pengaruh dosa dan maksiat, kecuali.....  bisa mencontoh seperti malaikat dan nabi,  mampukah kita ?.

Bisakah kita atau mampukah kita, sebuah pertanyaan yang sulit sekali untuk dijawab dan dilaksanakan karena kita tahu sendiri bahwa manusia itu diberi tanggungjawab untuk berakhlak baik, tapi tidak terpelihara dari dosa dan maksiat, tidak seperti malaikat dan nabi.    Malaikat dibekali oleh Allah hanya dengan aqalnya saja, tidak dengan nafsu sehingga malaikat selalu dapat mengabdi dan sujud kepada Allah.  Nabi, walaupun  sama seperti manusia yang lain tapi dibekali oleh Allah dengan sifat kemaksumannya, sehingga selalu terpelihara.  Sedangkan manusia dibekali oleh Allah dengan dua sifat, yaitu sifat seperti malaikat dan sifat seperti binatang atau nafsu dan aqal.  Belum lagi anggapan yang ada pada masyarakat kita, bahwa manusia itu seperti tidak mungkin bisa seperti malaikat bahkan melebihi malaikat.  Sebuah tantangan yang sangat berat dan harus dilakukan untuk bisa meraih pengecualian tersebut.  Untuk dapat meraih pengecualian tersebut adalah dengan mempelajari ilmunya serta mengamalkannya.  Mereka yang berjalan di jalan pengecualian inilah yang saya namakan orang-orang seperti tersebut diatas.

Dengan diciptakannya manusia  dengan dua sisi itu, yaitu aqal dan nafsu ternyata memberi  kesempatan kepada manusia untuk bisa melebihi malaikat bahkan lebih mulia lagi.  Jalan untuk melebihi malaikat itu adalah menuruti sifat-sifat malaikat yaitu dengan selalu sujud dan mengabdi. Agar bisa selalu sujud dan mengabdi kepada Allah, maka manusia harus  mengetahui, mengenal, menjinakkan, mengelola,  mengendalikan, memanfaatkan nafsu dengan pertolongan Allah SWT.  Apalagi kalau kita tamsilkan dengan cerita wayang  “Bharata Yudha”, / Perang Saudara antara keluarga Pandawa dan keluarga Kurawa, maka di dalam diri kita ini selalu ada Perang Saudara antara kebaikan dan keburukan dan ini selalu berlangsung terus. Karena itulah manusia tadi tidak bisa terlepas dari maksiat dan dosa , selalu diintai, selalu berperang sampai akhir hayatnya.

Untuk bisa lepas dari maksiat dan dosa itu maka kita harus berjalan pada jalan pengecualian itu yaitu jalan kebenaran , bebas dari nafsu yang rendah seperti nafsu amarah dan nafsu lawwamah.  Apabila kita sudah berjalan pada nafsu mathmainnah, nafsu mulhimah, nafsu mardhiyah, nafsu aradhiyah, dan nafsu kamilah maka kita sudah berjalan pada jalan malaikat dan kenabian. Otomatis kitapun akan mendapat sebutan seperti malaikat yang selalu bersujud dan nabi yang bebas dari nafsu badaniah, WALAUPUN HARUS SELALU BERPERANG

Inilah yang saya maksudkan  jin, manusia telah diberi tanggungjawab untuk berakhlak baik, tapi mereka tidak terpelihara dari pengaruh dosa dan maksiat, kecuali.....  bisa mencontoh seperti malaikat dan nabi,    Silahkan untuk mencobanya/menjalaninya agar dapat pembuktiannya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar