Laman

Rabu, 18 Mei 2011

Bisa tapi Tidak Bisa

Melihat dari tema diatas, memang sulit kita untuk menafsirkannya, apalagi kita hanya membaca judulnya saja,  juga tidak bertanya apa maksudnya.  Karena itu bacalah, tanyalah kalau kamu tidak tahu atau ngerti, karena apabila kamu tidak tahu dan tidak ngerti maka kamu masuk pada kelompok"Bisa tapi Tidak Bisa".
Hehehehehe.....    Sahabat-sahabat terbaikku, bukan itu yang saya maksudkan, tapi persoalan yang dihadapi oleh kita semua  termasuk juga saya.  Apakah itu ?,  untuk lebih jelas, silahkan ikuti uraian dibawah ini.

Sering kita menghadiri dan mendengarkan ceramah agama dan pengajian agama Islam yang disampaikan oleh para ulama. Ketika kita dengarkan, ada beberapa hal dari materi tersebut yang membuat kita merasa tidak nyaman atau tersindir (memang hati kita saja yang buruk). Saya tidak menyalahkan materinya, saya juga tidak menyalahkan gurunya, juga tidak menyalahkan kitabnya, juga tidak menyalahkan ajarannya, dan juga tidak menyalahkan yang hadir untuk mendengarkannya, juga tidak menyalahkan mereka yang tersinggung.

Saya juga pernah mengalami sebuah peristiwa yang saya saksikan secara langsung, dan tidak mengenakkan sama sekali. Kata orang-orang yang berilmu, ulama musuhnya ulama juga, pedagang musuhnya juga pedagang, pejabat musuhnya juga pejabat. Pada waktu pembelajaran agama disampaikan dan sampai pada tahapan tanya-jawab, ada seorang yang hadir pada saat itu yang tidak sependapat dengan penceramah atau guru. Terjadilah diskusi  atau perdebatan yang panas, saling bertahan dengan pendapatnya masing-masing, bahkan menjurus pada permusuhan yang lama dan panjang. 

Saya katakan lama dan panjang karena masing-masing pihak mencari pendukung untuk pembenaran dari pendapat mereka,  hehehehe....  mencari teman yang sependapat,  mencari kitab-kitab penunjang dari pendapat mereka, pokoknya ramai dan seru. Saya bisa mengatakan demikian karena pada waktu itu berada pada posisi netral/bantalan besi bagi keduanya.  Yang satu cari pendukung dan kitab,  saya ikut karena ingin tahu,  kemudian yang satu juga saya datangi kerumah beliau sambil bersilaturrahmi, untuk berdamai pada saat itu belum memungkinkan, masih panassssss.

Pengajian yang saya dengar berikutnya ini agak berbeda, dan kami konsultasikan dengan teman juga merasakan perbedaan tersebut. Dimanakah letak perbedaan tersebut, kalau beliau menyampaikan materi, kami yang mendengarkan tidak pernah merasa tersinggung.

Dari tiga model pembelajaran/pengajian  tersebut, dan kita hubungkan dengan judul diatas yaitu bisa tapi tidak bisa, maka kelompok pembelajaran/pengajian  yang pertama dan kedua saya katagorikan pada pembelajaran/pengajian  bisa tapi tidak bisa. Sedangkan model pembelajaran/pengajian yang ketiga saya katagorikan pada kelompok  "betul-betul bisa".

Dasar dari pengelompokan tersebut adalah Hadits Nabi yang berbunyi "Aku diutus kemuka bumi ini untuk menyempurnakan  akhlak atau budi pekerti yang mulia". 

Kebanyakan dari kita setelah berilmu agama maka bisa dikatakan sudah bisa, namun ada satu hal yang membuat kurang bisa atau tidak bisa, yaitu cara penyampaian yang kurang tepat, membuat yang mendengar tersinggung, membuat mereka menjauh bahkan memusuhi. 

Karena itu, barang yang bagus itu harus pula dikemas dengan bagus sehingga mendatangkan hasil yang bagus pula dalam dan luarnya.  Jangan sampai kita kalah oleh barang yang tidak bagus tapi dikemas dengan bagus sehingga banyak diminati dan disukai orang, padahal  dalamnya  tidak baik. 

Marilah kita renungkan bersama-sama bagaimana kita mengemas agama ini dengan baik, dengan akhlakul karimah seperti yang dilakukan oleh rasulullah,  meminjam istilah seorang teman "Berdamai dengan wajah-wajah yang ada di bumi ini".

Terima kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar