Laman

Sabtu, 02 April 2011

Pemberontakan, Kebebasan, dan Kejeniusan

Orang yang berjalan dalam dunia spiritual adalah orang yang berjalan menuju kemerdekaan atau kebebasan !
Ada dua alasan yang ingin saya kedepankan dalam penulisan ini yaitu :
1.       Keinginan untuk membuktikan tanpa menggunakan referensi,  hanya mengikuti rasa tetapi tulisan ini bisa terselesaikan walau dalam kualitas  yang sangat sederhana.
Ada sebuah tantangan yang ingin saya latih dan jalani serta buktikan “kalau mengikuti rasa maka inspirasi akan datang kepada kita mengalir dengan sendirinya”.   Hal ini memang tidak sejalan dengan aturan penulisan, tapi karena tulisan ini adalah forum bebas yang tidak terikat,  hanya untuk belajar  dan melatih menulis maka aturan-aturan itu saya abaikan. Kalau nantinya tulisan ini juga sejalan dengan aturan penulisan yang umum, ini juga sebagai salah satu  pembuktian  bagaimana “multi fungsinya”  rasa. Saya  punya  rasa “inspirasi/pemiran”  berasal dari rasa  yaitu rasa yang halus yang kemudian disalurkan melalui otak sehingga terbitlah pemikiran .
Hal ini juga untuk membuktikan aturan yang  umum kalau kita berbicara dimulai dengan kalimat “menurut perasaan saya”,  sering dianggap salah karena katanya tidak memakai otak/pemikiran!  Yang betul menurut  aturan umum adalah “menurut pemikiran saya”. Sementara saya punya rasa “pemikiran itu muncul  dimulai dari rasa”, jadi saya sering mengucapkan “menurut perasaan saya”, tapi  mengucapkan "menurut pemikiran saya", juga betul asal dia tahu rasa itu lebih luas dari pemikiran,  hehehehe…..
Ini juga untuk membuktikan, bila kita berjalan dalam dunia spiritual (rasa yang halus),  kita juga punya pemikiran  yang bebas, tidak mau terikat, bahkan menjadi sebuah inspirasi dalam penulisan maupun tindakan keseharian sehingga menjadi betul-betul “merdeka”, tidak mau terjajah,  hehehe…. maaf ya. 
Sepertinya juga orang-orang yang berjalan di dunia spiritual punya jiwa pemberontakan dengan aturan-aturan yang ada,  bebas dengan rasanya, bebas dengan inspirasinya  (hehehehe……., perlu pembuktian lagi sebagai bahan penulisan,  dengan tema “orang yang berjalan dalam dunia spiritual punya jiwa pemberontak”,  saya tantang, siapa yang mau nulis menurut versi anda, karena ini adalah arena kebebasan).
Pada waktu saya menulis, juga  ingin melihat jalannya inspirasi hasil tulisan, ternyata inspirasi yang akan ditulis terhenti, apa sebabnya, nih jadi masukan bagi kita semua. Pada waktu nulis, jangan dibaca dulu hasil tulisannya, masalah kalimat atau kata nanti bisa diperbaiki kemudian. 
Berhubung waktu hampir maghrib maka tulisan ini saya cukupkan dulu, mudahan ada lagi inspirasinya untuk menjawab tantangan diatas, dadahhhhhhhhh…………….
Sekarang kita lanjutkan,  saya teringat  dengan kalimat diatas tadi “orang-orang yang berjalan dalam dunia spiritual punya jiwa pemberontak”,. Ternyata jawabannya adalah dengan hanya mempermainkan kata “ kebebasan dan pemberontak”.  Pada tema diatas sudah disebutkan “orang yang berjalan dalam dunia spiritual  adalah orang yang berjalan menuju kemerdekaan/kebebasan”. Setiap orang yang ingin bebas dari kondisi pada saat itu berarti dia menjadi pemberontak atau melawan. Sebaliknya orang yang memberontak adalah orang yang ingin mencari kebebasan terhadap kondisi saat itu. Hehehehe betapa mudahnya jawabannya hanya dengan membolak-balikan kalimatnya saja.  
Nah mungkin pembaca ada yang menafsirkan  dari sisi negatif kalimat tersebut “jadi pemberontak”.  Jangan lupa ada satu hal menurut saya  sisi positif dari kalimat tersebut, apakah dia?, yaitu dibalik adanya pemberontakan atau kebebasan disana akan mendatangkan kreativitas yang tinggi bahkan kejeniusan seseorang. Jangan lupa dengan perjalanan sejarah, seperti filosof-filosof dari Yunani dari polis Athena atau dunia islam, kekhalifahan Barat (Cordoba) dan kekhalifahan Timur (Baghdad). Atau yang paling kita kenal dan ketahui adalah ketika Nabi Muhammad SAW menyiarkan dan mengembangkan islam  ternyata bisa kita katakan  sebagai  pemberontak, pemberontakan terhadap zaman jahiliah, benar ngga. Bahkan akhirnya Nabi Muhammad dikatakan sebagai seorang jenius,  penerang, pelita, cerdas, dan rahmatan lila’lamin. Luar biasa………..
2.       Ingin menjawab dan membuktikan kebenaran tema diatas dari sisi spritual.
Menurut saya pengertian dari spiritual adalah yang berkaitan dengan  kerohanian, kejiwaan, kebatinan, hati nurani, mata hati. Berarti urusan yang berkaitan dengan yang tidak Nampak pada diri manusia tapi dapat dirasakan bahkan tergambarkan pada prilaku manusia. Ada dalil yang berbunyi “apa yang ada dalam hati manusia tergambar pada prilakunya”. Jadi kita melihat pada prilakunya bukan pada gambaran fisiknya, tapi yang dilakukan oleh fisiknya. Maksudnya, sudah bebaskah manusia itu dari ikatan fisiknya, walaupun jiwanya berada di dalam fisiknya ?
Istirahat dulu ah, inspirasinya belum muncul.
Lanjut lagi!!!!!!!!!!!!!!!!!
Manusia diciptakan Allah,   menurut orang-orang yang tahu ada yang  yang dinamaka Jiwa. Apakah yang dimaksud dengan jiwa.  Jiwa menurut yang saya dengar adalah produk dari hati dan pikiran yang  mempunyai sifat ingin selalu meraih dan mendapatkan kemenangan, keuntungan, kesenangan, kenikmatan, kelebihan, dipuji, disanjung, dihargai, dihormati, dari manusia.  Orang yang terikat dengan jiwanya adalah orang  mengikatkan dirinya dengan kesenangan dunia. Mereka mengira kesenangan dunia inilah yang membawa kebahagiaan , kedamaian , ketenangan,  karena itu mereka berusaha untuk mencapai . Tapi setelah dipenuhi keinginan jiwa itu, terbit lagi keinginan-keinginan lain yang bersifat dunia, begitulah manusia tidak pernah merasa puas.
Tapi perlu dicatat ada orang yang prilakunya selalu berhubungan dengan dunia, tapi hatinya tidak terikat pada dunia malah merupakan bagian dari pengabdian dia kepada Allah. Orang  ini punya tugas untuk memakmurkan dunia ini seperti yang saya sebutkan dalam catatan sebelumnya  dia berkedudukan sebagai “abdi lalu mengabdi”, khalifah Allah dipermukaan bumi. Badan berprilaku dunia tapi hati tertuju kepada Allah, seperti kata ustaz Yusdeka Putra dia berprofesi sebagai ekonom, sebagai teknisi, sebagai peneliti dll.
Salah satu dalil dalam spiritual islam adalah “Tidak kujadikan jin dan manusia itu kecuali untuk mengabdi kepada-Ku”.  Disinilah letak permasalahan manusia itu, prilakunya apakah mengabdi pada Allah, atau mengabdi pada Tuhan-Tuhan selain Allah. Apabila dia mengabdikan  pada Tuhan-Tuhan selain Allah, maka dia  mengikatkan dirinya disana atau pada berhala-berhala,  berarti tujuannya duniawi., yang  akan mendatangkan kesusahan bagi dirinya. Manusia yang berada dalam kesusahan adalah manusia yang tidak bebas, tidak merdeka, alias terikat.  
Saya teringat dengan perkataan K.H. Zaini Ghani Rahimahullah dari Sekumpul Martapura “Kesusahan itu bukannya tidak ada pada manusia, tapi tidak berbekas pada dirinya”. Kenapa ? karena setiap orang yang mengabdi pada Allah maka kesusahan itu tidak akan pernah masuk pada dirinya, hatinya diliputi oleh Allah. Bagaimana mau masuk, tidak ada ruang dan tempat yang kosong lagi di dalam hati selain Allah.
Allah juga berfirman : “Wahai bumi, barang siapa menghambakan dirinya kepada-Ku, maka berkhidmatlah engkau kepadanya.Dan barang siapa menghambakan dirinya kepadmu,maka buatlah ia susah”. Demikianlah firman-firman Tuhan di dalam kitab-Nya.
Sudah tahu kalau me-Tuhan-kan dunia akan mendatangkan kesusahan  tapi manusia tetap mau terikat  dengan kesusahan tersebut, apa sebabnya ?.
Seperti yang diutarakan tadi, manusia diciptakan oleh Allah  ada jiwa, jiwa inilah yang menerbitkan keinginan-keinginan dunia. Tinggal kita saja lagi, mau bebas, merdeka atau terikat! ingin bebas jadilah hamba Allah, ingin terikat jadilah hamba dunia.
 Mari Kita Proklamasikan diri kita !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar