Laman

Jumat, 03 Desember 2010

Yang Sering Terlupakan

Yang  Sering  Terlupakan
Assalamualikum Wr Wb
Bapak-bapak/ibu-ibu/saudara-saudara seagama
Maaf tulisan ini hanya sebagai sebuah pemikiran dari seorang yang dangkal dan tidak mengerti  dan paham tentang agama islam yang sangat luas dan dalam
Sering kita mendengar melalui pengajian-pengajian, ceramah-ceramah agama, tauziah-tauziah bahkan khotbah-khotbah agar  menjalan syariat islam,  beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Apa yang mereka sampaikan itu adalah agar kita kaum muslimin bisa semakin meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita. Sehingga cahaya dari islam itu semakin menempel pada kita dan diharapkan juga akan menjadi rahmatan lil’alamin.
 Apakah itu rahmatan lil’alamin ?

Kata "rahmah" berasal dari kata "rahm", yang berarti rasa kasih yang menuntut munculnya perbuatan baik terhadap yang dikasihi. Jadi rahmah adalah rasa kasih yang membuahkan perbuatan baik dari yang mengasihi kepada yang dikasihi, tanpa mengharap balasan.  Yang berarti dalam berbuat kita harus ikhlas.
Syaikh Islam Al Murasybi berkata “orang yang dikatakan ikhlas adalah orang yang yang beramal tanpa takut hal-hal yang jelek pada amalnya diketahui oleh orang lain”. Maksudnya adalah karena kita tidak berdaya untuk melakukan kebaikan atau keburukan. Sesuai dengan firman Allah Ta’ala “Allah yang menaikkan derajat dan menurunkan, melapangkan dan menyusahkan dan pasangan-pasangan lainnya” yang ada di alam semesta ini.
Sampai disini, lalu apa yang terlupakan oleh kita sesuai dengan judul diatas atau kalau kita lebih vocal bahasanya “Apa yang salah dengan kita” padahal kita sudah menjalan syariat islam sesuai dengan Al Qur’anul karim dan Sunah Nabi, yaitu Rasulullah SAW Nabi Muhammad Ibni Abdillah.
Jawabannya adalah “Kita lupa berterima kasih atau bersyukur kepada Rasulullah SAW”  yang juga dikatakan oleh rasul sendiri Aku diutus ke permukaan bumi agar menjadi rahmat bagi sekalian alam “ Rahmatan Lil’alamin “ sementara Allah juga menciptakan kita dan alam semesta ini agar menjadi rahmat bagi kita dan sekalian alam.
Memang apa yang telah kita amalkan telah sesuai dengan Kitabullah dan Sunah, secara implicit dan eksplisit kita sudah mengerjakan perintah dan larangan Nya (Allah dan Rasul) namun sering kita melakukannya hanya teringat kepada Allah saja tapi kita lupa dengan kekasih Nya (Habibullah). Padahal semua ajaran  Allah itu melalui kekasih Nya. Yang berarti kita lupa dengan Rasulullah SAW, orang yang berjasa kepada kita setelah Allah. Bahkan syahadatpun ada dua yaitu syahadat tauhid dan syahadat rasul, artinya dalam mengerjakan ajaran islam janganlah lupa pada Allah dan Rasul Nya.
Kenapa perlu ditekankan untuk ingat dengan rasul, karena apabila kita lupa dangan rasul Nya penghayatan kita terhadap agama Islampun menjadi tidak sempurna, kita mengangap rasul itu hanya sebagai pembawa risalah saja, begitu rasul tiada habislah perannya/jasanya bagi kita, karena itu hidupkan peran rasul pada diri kita. Lalu bagaimankah caranya menghidupkan rasulullah pada diri kita ? Salah satu jalannya adalah sesuai dengan hadist Nabi Saidina Muhammad SAW, yang berbunyi “ Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat “.  Apakah pengertian dari hadist nabi tersebut :
Menurut saya pengertian adalah ;
1.       Kita diperintahkan untuk melaksanakan shalat seperti beliau (arti zhahir)
2.      Jika kita melaksanakan shalat maka kita seakan-akan melihat nabi mengerjakan shalat (arti bathin) sama dengar arti ihsan.
Apabila peran rasul menjadi hidup (lahir) pada diri kita sehingga kita seakan-akan selalu memperingati kelahiran nabi  (Maulidur Rasul/tidak hanya pada bulan Rabiul Awal saja) tapi setiap saat,  dengan demikian kita seakan-akan juga menjadi kaki tangan, perpanjagan tangan, pewaris, dan bisa dikatakan sahabat rasul yang tidak terpisahkan. Inilah arti sesungguhnya menghidupkan sunah rasul. Juga arti sesungguhnya “Siapa yang menghidupkan sunah Ku, maka dia akan berkumpul dengan Aku” , di dunia  (menurut pemikiran saya) dan akhirat. Dengan demikian dalil rahmatan lil’alamin pun menempel juga dengan kita. Allah rahmatan lil’alamin,  rasul rahmatan lil’alamin, kita pun demian juga, karena kita tidak pernah terpisahkan dengan pembawa rahmat bagi sekalian alam.
Saya jadi teringat dengan kitab “Ibnu ‘Arabi” yang berjudul “Futuhul Makiyah” yang dikarang oleh beliau. Isi dari buku ini oleh sebagian ummat islam yang berbeda pemikirannya/penafsiran mengatakan sebagai sebuah buku yang sesat/salah dan membahayakan bagi ummat islam karena  berisi tentang ajaran “Nur Muhammad”.
Setelah saya mencoba memahami ajaran ‘Nur Muhammad” dan mencoba memasuki alam pemikiran pengarang  maka muncullah pertanyaan ini :
1.       Kenapa ajaran “Nur Muhammad” ini ada dalam pemikiran dan tulisan beliau ?
2.      Bagaimana caranya agar mencintai Allah dan mencintai rasulnya tidak terpisahkan ?
Inilah pertanyaan yang muncul  dan jawabannya menurut saya ?
Kita sambung pada tulisan berikutnya



Tidak ada komentar:

Posting Komentar