Laman

Sabtu, 04 Desember 2010

Ketikan ulang dari Buku : Futuhul Ghaib / Menyingkap Rahasia Kegaiban Mata Hati 1

Kata  Pengantar
                Syukur kehadirat Allah dan Rasul saya dibukakan hati untuk menyalin kembali kitab karangan Quthubul Maqam Sulthanul Aulia Al Syekh Abdul Qadir Al Jailani yang berjudul  Futuhul Ghaib yang diterjemahkan oleh seorang hamba Allah dan Ummat Rasulullah yang sangat bernilai tinggi bagi ummat Islam yang ingin jalan hidupnya  berada dalam ketenangan dan kedamaian, semoga yang  mengarang dan menerjemahkan kitab ini tidak keberatan dan selalu dalam keridhaan Allah SWT dan dalam Syafaat Saidina Rasulullah Muhammad SAW.
                Adanya  keinginan dihati saya untuk menyalin kembali kitab ini setelah dibaca berulang-ulang karena :
1.       Agar sunnatullah dan sunnaturrasul  tetap terpelihara
2.       Agar ummat Islam yang membacanya  dapat merasakan kebaikan dari kitab ini karena berisi petunjuk atau jalan yang sangat diridhai oleh Allah SWT
3.       Kitab ini mengandung ajaran yang sangat tinggi untuk menjadi seorang mu’min sejati
Demikian sebagai kata pengantar dari saya, mohon doanya dan keridhaannya dari semua pihak.


                                                                                            Banjarbaru, 21 Juni 2009
                                                                                            Penyalin


                                                                                            Syafuan Nur





AJARAN  SYAIKH  ABDUL  QADIR  JAILANI

Dengan  asma  Allah  Yang  Maha  Pemurah  lagi  Maha  Penyayang

Ajaran  Pertama

Ada tiga yang wajib diperhatikan oleh setiap Mu’min di dalam seluruh keadaan : (1) melaksanakan segala perintah Allah ;  (2) menjauhkan diri dari segala yang haram ;  dan  (3) ridha dengan  hukum-hukum atau ketentuan Allah.
Ketiga perkara ini jangan sampai tidak ada pada seorang Mu’min. Oleh karena itu, seorang Mu’min harus memikirkan perkara ini, bertanya kepada dirinya tentang perkara ini dan anggota tubuhnya melakukan perkara ini.

Ajaran  Kedua
Ikutilah dengan ikhlas jalan yang telah ditempuh oleh Nabi Besar Muhammad SAW, dan janganlah merubah jalan itu. Patuhlah kepada Allah dan Rasulnya,dan jangan sekali-kali berbuat durhaka. Bertauhidlah kepada Allah dan jangan menyekutukan-Nya.  Allah itu Maha Suci dan tidak mempunyai sifat-sifat tercela atau kekurangan. Janganlah ragu-ragu terhadap kebenaran Allah. Bersabarlah dan berpegang teguhlah kepada-NYa.  Bermohonlah kepada-Nya dan tunggulah dengan sabar. Bersatupadulah di dalam mentaati Allah dan janganlah berpecah-belah. Saling mencintailah diantara sesama dan jangan saling mendengki.  Hindarkanlah diri dari segala noda dan dosa. Hiasilah dirimu dengan segala ketaatan kepada Allah.  Janganlah menjauhkan diri dari Allah dan janganlah lupa kepada-Nya. Janganlah lalai untuk bertobat kepada-Nya dan kembali kepada-Nya. Janganlah Jemu untuk memohon ampun kepada Allah pada siang dan malam hari. Mudah-mudahan kamu diberi rahmat dan dilindungi oleh-Nya dari marabahaya dan azab mereka, diberi kehidupan yang berbahagia di dalam surge, bersatu dengan Tuhan dan diberi nikmat-nikmat oleh-Nya. Kamu akan menikmati kebahagiaan dan kesentosaan  yang abadi didalam surge beserta npara  Nabi, orang-orang Shiddiq, para Syuhada dan orang-orang saleh. Kamu akan hidup kekal  di dalam surga itu selama-lamanya.

Ajaran  Ketiga
Manakala seorang hamba diuji oleh Allah, maka mula-mula dia akan melepaskan dirinya dari ujian atau cobaan yang menyusahkan itu. Jika tidak berhasil, maka ia akan meminta pertolongan kepada orang lain seperti para raja, para penguasa, orang-orang dunia atau para hartawan. Jika ia sakit, maka ia akan meminta pertolongan kepada dokter atau dukun.  Jika hal inipun tidak berhasil, maka ia akan kembali menghadapkan wajahnya kepada Allah SWT, untuk memohon dan meratap kepada-Nya. Selagi ia masih dapat menolong dirinya, ia tidak akan minta pertolongan kepada orang lain. Dan selagi pertolongan lain masih ia dapatkan , maka ia tidak akan minta pertolongan kepada Allah.
Jika ia tidak mendapatkan pertolongan Allah, maka ia akan terus meratap, shalat, berdoa dan menyerahkan dirinya dengan sepenuh harapan dan kecemasan kepada Allah Ta’ala. Sekali-kali Allah tidak akan menerima ratapannya, sebelum ia memutuskan dirinya dari keduniaan. Setelah ia terlepas dari hal-hal keduniaan, maka akan tampaklah ketentuan dan keputusan Allah kepada orang itu dan lepaslah ia dari hal-hal keduniaan, selanjutnya hanya ruh sajalah yang tinggal padanya.
Dalam peringkat ini, yang tampak olehnya hanyalah kerja atau perbuatan Allah dan tertanamlah didalam hatinya kepercayaan yang sesungguhnya tentang Tauhid (ke-Esa-an Allah). Pada hakikatnya, tidak ada pelaku atau penggerak atau yang mendiamkan, kecuali Allah saja.  Tidak ada kebaikan dan tidak ada keburukan, tidak ada kerugian dan tidak ada keuntungan, tidak ada faedah dan tidak ada pula anugerah, tidak terbuka dan tidak pula tertutup, tidak mati dan tidak hidup, tidak kaya dan tidak pula papa, melainkan semuanya adalah di tangan Allah.
Hamba Allah itu tidak ubahnya seperti anak bayi yang berada di pangkuan ibunya atau seperti orang mati yang sedang dimandikan atau seperti bola dikaki pemain ; melambung ; bergulir keatas, ketepi dan ketengah, senantiasa berubah tempat kedudukan. Ia tidak mempunyai daya dan upaya. Maka hilanglah ia keluar dari dirinya dan masuk ke dalam perbuatan Allah semata-mata.
Hamba Allah semacam ini, hanya melihat Allah dan perbuatan-Nya. Yang didengar dan diketahuinya hanyalah Allah. Jika ia melihat sesuatu, maka yang dilihatnya itu adalah perbuatan Allah.  Jika ia mendengar atau mengetahui  sesuatu, maka yang didengar dan diketahuinya itu hanyalah firman Allah. Dan jika ia mengetahui sesuatu, maka ia mengetahuinya itu melalui pengetahuan Allah. Ia akan diberi anugerah  Allah.  Beruntunglah ia, karena dekat dengan Allah. Ia akan dihiasi dan dimuliakan. Ridhalah ia kepada Allah. Bertambah dekatlah ia kepada TUhannya. Bertambah cintalah ia kepada Allah. Bertambah khusu’lah ia mengingat Allah. Bersemayamlah ia di dalam Allah. Allah akan memimpinnya dan menghiasinya dengan kekayaan cahaya ilmu Allah. Maka terbukalah tabir yang menghalanginya dari rahasia-rahasia Allah  Yang Maha Agung. Ia hanya mendengar dan mengingat Allah Yang Maha Tinggi. Maka ia senantiasa bersyukur dan shalat dihadapan Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar