Laman

Kamis, 09 Juni 2011

Berjiwa Besar

Baru saja kita menyaksikan pertandingan sepakbola Piala Champion Tahun 2011 antara kesebelasan Barcelona berhadapan dengan kesebelasan Manchester United di Stadion Wembley London dengan skor akhir 3-1 untuk Barcelona. Sebuah permainan yang indah, attraktif, enak untuk ditonton, mengasyikkan,  terbuka dan spirit yang tinggi. Apalagi bagi penonton yang mendukung tim Barca, pujian mengalir luar biasa, baik secara individu maupun secara tim.  Kita juga tidak bisa memungkiri terhadap tim Barcelona, baik secara individu maupun team work, seakan-akan bola dan badan itu sudah menyatu sehingga kehendak otak dapat dilaksanakan oleh badan, selamat pada tim Barcelona yang telah memenangi Piala Eropa tahun 2011 ini.

Bagi kita yang berada diluar dari lingkaran permainan atau emosi mereka mudah saja untuk mengucapkan selamat atas keberhasilan mereka. Tapi bagi mereka yang terlibat secara langsung apalagi pemainnya,  untuk menyatakan secara langsung ucapan selamat diperlukan ketabahan hati dan keluasan dada atau kelapangan . 

Orang yang mampu  memberikan ucapan selamat pada lawan atas kemenangannya adalah orang yangberjiwa Besar. Tidak banyak orang bisa melakukannya,  lihat saja setelah final Piala Champion tahun 2009 di Kota Roma untuk kemenangan Barcelona, Ronaldo  merasakan sekali.  Yang dia lakukan hanya menangis di lapangan  untuk menghapuskan kekecewaannya, sambil dibujuk oleh teman-temannya.
Tahun 2011 ini kembali terulang untuk kubu Manchester United,  bagaimana kecewanya wajah Wayne Roney, Ryan Gigs, sambil berjalan dengan langkah gontai, memandang gembiranya  kubu Barcelona apalagi sambil mengangkat Piala disambut oleh tepuk tangan ribuan penonton, maka semakin kecewalah hati. Namun yang saya baca kemudian Wayne Roney  juga mengucapkan selamat atas keberhasilan Barcelona, cobalah anda rasakan seandainya menjadi Wayne Roney atau klub MU,  mampukah berjiwa besar pada saat itu.

Ternyata masalah berbesar hati atau jiwa ini tidak hanya kita temui pada bidang olahraga saja, tapi juga pada semua aspek kehidupan, hampir semua orang juga pernah merasakannya juga termasuk anda. Bagaiman rasanya kecewa, bagaimana rasanya mengakui kekalahan, bagaimana rasanya tersingkir dalam persaingan hanya kitalah yang tahu.

Kita bahas sedikit dulu tentang kecewa, disebabkan oleh adanya sesuatu dimana kita tidak bisa menerima kondisi itu atau belum tercapai  keinginan sehingga mendatangkan kekecewaan.  Pelampiasan dari kekecewaan ini bermacam-macam, ada yang marah, ada yang menangis, ada yang dendam, ada yang benci, ada yang menjauhi, ada yang melawan, ada yang minta bantuan. 
Kekecewaan dalam bentuk apa pun juga, sudah pasti ditimbulkan  karena merasa dirinya dirugikan, lahir maupun batin. Hal ini adalah lumrah bagi manusia karena manusia mempunyai ego/aku. Si aku,  seringkali juga meluas sifatnya menjadi si kami, keluargaku, golonganku, bangsaku, partaiku, sahabatku. Nampak sekali pada kehidupan kita sehari-hari saat ini baik bidang sosial, agama, ekonoi, politik dan sebagainya  yang merupakan cermin  kekecewaan yang melahirkan perbedaaan pandangan, ketidakcocokan, dan tindakan yang brutal berupa  kerusuhan. Semuanya itu disebabkan oleh si ego yang selalu ingin senang, oleh karena itu kalau dia tidak dibikin senang, dan bahagia  kecewalah dia.

Karena itu dissinilah perlunya  Kebesaran Jiwa  agar tidak merusak diri sendiri dan orang lain, dan disini pula letak perjuangan dari seorang manusia untuk tidak memenangkan agonya atau nafsunya. Kita tahu nafsu itu perlu kita waspadai setiap saat agar tidak berbelok merusak diri, merusak orang lain, dan merusak alam semesta.

Terima kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar